I.
REMAJA DAN MASA DEPAN
Banyak pakar telah membuat batas masa remaja
antara usia 12 s.d 18 tahun, 12 s.d 21 tahun, dan ada yang membatasi antara
usia 12 s.d 23 tahun. Dari batas-batas yang dibuat para pakar ini bisa
dimengerti bahwa, permulaan masa remaja relatif sama, yaitu usia 12 tahun,
sedangkan finisnya variatif. Karena itu, selanjutnya dikenal istilah remaja
yang diperpanjang untuk yang terakhir, dan remaja yang diperpendek untuk yang
pertama.
Sudah familier bahwa masa remaja adalah masa
badai dan tekanan (storm and stress). Masa krisis identitas dan pencarian jati diri. Masa remaja adalah masa
galau, abu-abu, tidak jelas, labil, emosional, ekspresif, dan eksperimental.
Masa remaja adalah masa “antara”. Yakni antara usia anak-anak dan usia dewasa. Keberadaannya
yang di antara ini, tak jarang menempatkan remaja pada posisi yang sulit
diterima baik di dunia anak-anak sekaligus di dunia dewasa. Remaja adalah dunia
tersendiri yang terpisah dari pengakuan lingkungan. Remaja akan dipersalahkan
ketika bersikap kanak-kanak, namun juga tidak akan diakui dalam kiprah sosial.
Dalam masa-masa yang krisis identitas ini,
remaja akan terombang-ambing oleh banyak gelombang romantika. Namun demikian,
di tengah terjangan gelombang ini remaja sebenarnya sedang melewati sebuah
proses besar pencarian identitasnya. Sebuah identitas diri yang akan menjadi
karakter dan kepribadian masa depan. Identitas masa depan sangat dipengaruhi
dan ditentukan oleh kegalauan-kegalauan pada masa remaja. Apabila salah dalam
melewati masa remaja, masa depan akan menjadi taruhannya.
Ada beberapa karakteristik remaja yang khas dan
umum mewarnai romantika remaja. Antara lain adalah:
a. Masa remaja adalah masa transisi
Periode ini menuntut seseorang meninggalkan
sifat dan perilaku
kekanak-kanakannya, dan harus mulai mempelajari pola perilaku dan sikap yang sama sekali baru untuk menggantikan pola-pola sebelumnya. Selama proses transisi ini, seringkali remaja merasa galau dan tidak
jelas mengenai peran yang
dituntut oleh lingkungan.
b. Masa remaja adalah periode perubahan
Pada usia remaja, banyak perubahan yang dialami
seseorang, meliputi perubahan
fisik, kematangan seksual, peningkatan emosi, perubahan minat, perubahan peran,
dan perubahan nilai. Di periode ini,
ada naluri dan kecenderungan besar untuk mengetahui segala yang baru. Perubahan-perubahan
baru ini, mendorong remaja memiliki rasa penasaran yang tinggi, bahkan relatif
menjadikan remaja keranjingan dengan hal-hal yang tidak dikenal di masa
anak-anak sebelumnya. Kecenderungan demikian merupakan tuntutan dari perubahan-perubahan
fisik maupun psikis remaja yang masih mengalami kekosongan identitas tersebut.
c. Masa remaja adalah masa pencarian identitas diri
Di usia remaja yang krisis identitas, ada kecenderungan berkelompok atau membangun komunitas dengan teman sebaya. Melalui komunitas ini, remaja mulai mencari identitas diri dan
berusaha mengaktualisasikannya. Gaya hidup, penampilan, pakaian, bicara, perilaku, dan karakter anggota kelompok, akan menjadi
referensi penting bagi pembentukan dan perkembangan identitasnya. Di periode ini, naluri eksperimental
terhadap segala hal yang sebelumnya
tidak mereka ketahui, menemukan momentumnya. Krisis identitas, menjadikan remaja memiliki
dorongan naluri meniru dan mencoba apa saja secara radikal, dan nyaris tanpa
filter dan pertimbangan memadai.
d. Masa remaja adalah masa kenakalan
Pada tahap remaja akhir, remaja akan cenderung
berpikir melakukan perilaku orang dewasa. Remaja mulai memperhatikan perilaku atau
simbol-simbol yang
berhubungan dengan status orang dewasa, seperti
merokok, berjudi, mengkonsumsi ekstasi, miras, berhubungan seks, dll. Naluri
eksperimental dan dorongan meniru yang kuat, menjadikan remaja relatif liar dan
krisis pertimbangan dalam mengekspresikan perilakunya. Perilaku remaja cenderung
radikal dan menabrak norma sosial maupun agama. Disamping itu, emosi remaja
yang masih sangat labil, dorongan kuat meniru perilaku orang dewasa menjadikan
setiap perilaku remaja cenderung suka menentang, urakan, dan emosional. Dan
karenanya, perilaku-perilaku tidak produktif, seperti kelayapan, begadang, tawuran,
frustasi, ngedrug, pacaran, dan tindak kriminal lainnya, menjadi pemandangan
khas dunia remaja. Apabila tidak ada kontrol eksternal hingga terjadi
pengabaian sosial, gejala perilaku remaja demikian akan menjadi fenomena
kenakalan remaja (juvenile delinquency). Yaitu perilaku yang menyimpang dari nilai-nilai normatif sosial-agama.
Beberapa potret karakteristik masa remaja di
atas, merupakan kecenderungan umum romantika remaja, khususnya remaja di era
global ini. Orang tua harus menyadari kecenderungan negatif ini, agar bisa
memberi kontrol dan mengendalikan kecenderungan remaja ke arah yang produktif. Remaja
harus diberi bimbingan dan ditanamkan nilai-nilia yang baik agar mampu
memfilter perilakunya sehingga bisa menjadi remaja yang cerdas melewati proses
pencarian jati diri mereka tanpa mengalami keterpurukan dalam kenakalan remaja
yang bisa menghancurkan masa depan. Di sini sangat diperlukan adanya perhatian,
kepedulian, dan komunikasi yang baik antara orang tua dan remajanya.
Masa depan yang baik, mapan, dan terhormat,
sangatlah mahal dalam kehidupan setiap orang. Kebaikan dari masa depan kita,
ditentukan oleh seberapa baiknya kita hari ini. Kebaikan masa depan tidak bisa
dibeli dengan kekayaan materi. Masa remaja yang baik, adalah harga untuk masa
depan yang baik. Jika memimpikan masa depan yang cemerlang, maka tidak ada
pilihan selain bersedia ikhlas mencemerlangkan pribadi sejak usia remaja.
Jangan pernah bermimpi memiliki masa depan cerah, apabila tidak ada kemauan sejak
dini menjadi remaja yang cerah. Masa depan bukanlah misteri di 10 atau 20 tahun
yang akan datang. Masa depan adalah realitas di depan mata kita hari ini.
Bagaimana kita hari ini? Seperti apa kita hari ini? Sedang apa kita hari ini?
Itulah potret masa depan kita. Hari ini Anda menjadi remaja yang tenggelam
dalam kenakalan dan aktivitas-aktivitas murahan yang tidak produktif, maka
sambutlah masa depan suram yang penuh kegagalan. Hari ini Anda sanggup tampil
menjadi remaja cemerlang yang dengan cerdas tidak membiarkan sedetikpun waktu
terbuang dengan gratis untuk aktivitas-aktivitas murahan, maka katakanlah:
SELAMAT DATANG MASA DEPAN YANG CEMERLANG.
شُبَّانُ الْيَوْمِ رِجَالُ الْغَدِّ
“Remaja hari ini adalah
aktor masa depan”
Karena itu, sangat penting untuk mengetahui
kriteria remaja cerdas yang memiliki potensi besar dan keberanian menantang
masa depannya dengan rasa penuh percaya diri. Selain remaja cerdas harus sejak
dini mulai berpikir jauh ke depan, visioner, revolusioner, memiliki cita-cita
tinggi, ikhlas belajar dengan tekun dan keras, remaja cerdas juga harus ikhlas
memiliki semboyan tegas dalam dirinya berikut ini:
- Anti tawuran;
- Anti ekstasi dan minuman keras;
- Anti pornografi; dan
- Anti pacaran.
Tawuran adalah aktivitas bodoh dan merugikan
yang membuang energi dan emosi dengan sia-sia. Tidak ada imbalan positif yang dapat
diperoleh dari tawuran selain kebanggaan palsu saat bisa mengalahkan lawan. Dan
hanya orang bodoh yang merasa bangga saat berhasil melampiaskan emosi dengan
merusak orang lain.
Menjadi budak ekstasi, minuman keras, atau
pornografi, adalah bentuk kekalahan paling nyata dan kegagalan sejak dini untuk
tampil menjadi generasi yang siap menyambut masa depan dengan percaya diri. Budak
ekstasi, miras, atau pornografi, hanyalah manusia-manusia dengan mental kerdil,
lemah, dan frustasi yang tidak memiliki harapan mulia di masa depan.
Pacaran di usia remaja, adalah aktivitas kontra
produktif bagi kecemerlangan prestasi dan masa depan. Seseorang ketika telah
terjangkiti perasaan cinta dalam hatinya, maka selain cinta akan menjadi nomor
dua, termasuk cita-cita masa depan. Cinta ketika hadir, maka akan menjadi
segalanya. Menjadi yang pertama kali terpikirkan setelah bangun tidur, dan
menjadi yang terakhir kali dipikirkan sebelum tidur. Satu langkah maju dalam
cinta, akan berisiko mundur seribu langkah dalam cita-cita. Meraih cita-cita
besar akan sulit berhasil apabila hanya dengan setengah hati, sebab separuh
hati –atau bahkan lebih– telah dicurahkan untuk cinta. Cita-cita tak pernah
sudi diduakan. Dalam kalam hikmah disebutkan:
الْعِلْمُ لَا يُعْطِيْكَ بَعْضَهُ حَتَّى
تُعْطِيَهُ كُلَّكَ
|
Ilmu (kesuksesan) tidak sudi memberikan sebagian dirinya kepadamu hingga
kamu bersedia mempersebahkan dirimu sepenuhnya hanya untuk ilmu.
|
Usia remaja adalah harga bagi masa depan.
Menghabiskan masa remaja hanya untuk sibuk bermain perasaan dengan lawan jenis
yang tidak ada 50 persen akan menjadi pasangan hidupnya, adalah tindakan
konyol. Remaja cerdas harus berpikir, terlalu berharga usia remaja jika hanya untuk
dipersembahkan secara gratis kepada kekasih yang 50 persen kemungkinan akan dimiliki
orang lain. Pacaran di usia remaja adalah pacaran yang salah waktu. Sebab yang
dibutuhkan di usia remaja bukanlah menghabiskan energi, pikiran, dan waktu
untuk lawan jenis, tapi untuk masa depan. Jadi prinsip hidup bagi remaja cerdas
adalah, tinggalkan cinta demi cita-cita, kejar cita-cita demi cinta, dan biarkan
semua indah pada waktunya.
II.
CINTA DAN NAFSU
Cinta, –konon– adalah sepatah kata yang tak pernah
benar-benar bisa dimengerti definisinya. Tak sedikit para pecinta atau para
penyair cinta yang merasa kebingungan bahkan gagal memberikan penjelasan
definitif satu kata yang bisa dirasakan semua jenis manusia itu. Sekian banyak
syair, puisi, sajak, pantun, dan ungkapan cinta yang telah digubah menjadi
larik-larik eksotik, namun keberadaannya hanya lebih sebagai ekspresi emosional
dan pengalaman batin para pecinta ketimbang sebagai penjelasan rasional tentang
hakikat cinta itu sendiri. Fakta ini agaknya dikarenakan cinta merupakan
wilayah rasa, emosi, dan psikis. Cinta adalah sensasi psikologis, yang akan
lebih memungkinkan dimengerti tidak dengan memberikan penjelasan rasional
ilmiyah, melainkan dengan rasa dan sensitifitas intuitif (dzauq).
Lantaran tak pernah ada definisi cinta yang benar-benar
dimengerti, lumrah apabila selanjutnya kata ini mengalami pembiasan makna yang
luar biasa. Bahkan tidak jarang kita saksikan pemerkosaan kata cinta pada
hal-hal yang sebenarnya bukan cinta.
Apabila cinta adalah perasaan yang bersumber dari
ketulusan kasih sayang, maka cinta tidak akan pernah memberikan apapun selain
kebaikan. Perasaan ingin menyayangi, mengasihi, melindungi, menjaga, memuliakan,
melayani, berkorban, dan memberikan yang terbaik untuk orang yang dicintai, itulah
manivestasi konkrit dari cinta. Apabila ini bisa diterima, maka menjadi jelas
bahwa cinta berbeda dengan ketertarikan seksual, syahwat, nafsu birahi, atau
bahkan dengan perasaan ingin memiliki. Sebab kalau hanya urusan ketertarikan
seksual atau syahwat biologis, tanpa cinta pun bisa jadi.
Pandangan bahwa cinta itu berbeda dengan syahwat atau nafsu
ingin memiliki, akan semakin bisa dibenarkan apabila kita merujuk pada sebuah
firman Allah swt. dalam Alqur’an berikut:
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ
وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ
الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ
الدُّنْيَا وَاللهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ. (آل عمران: 14)
|
Dijadikan
indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup
di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).
|
Dalam menafsiri lafadz حُبُّ الشَّهَوَاتِ pada ayat ini, para
teolog (mutakallimîn) mengatakan antara cinta dan syahwat itu
berbeda. Perbedaan ini ditengarai melalui kaidah nahwiyah bahwa, rangkaian idlâfah
menunjukkan perbedaan mudlâf
dengan mudlâf ilaih. Dengan kata lain, mudlâf
(حُبُّ) bukanlah mudlâf ilaih (الشَّهَوَاتِ).
Artinya, cinta bukanlah syahwat.
Perasaan cinta, dalam pengertian
mengasihi, menyangi seperti di atas, dalam Islam
tidak dilarang.
Bahkan cinta merupakan anugerah Allah untuk hamba-Nya yang harus
disyukuri dengan menjaganya senantiasa lurus menuju ridla-Nya. Mencintai lawan jenis secara wajar dan rasional, dalam
Islam bukanlah larangan. Karena naluri saling mencintai antar laki-laki dan
wanita, telah ditetapkan sebagai sunnatullah. Naluri tersebut ada karena
wanita diciptakan dari bagian organ laki-laki (tulang rusuk), sehingga wanita
akan senantiasa merindukan asal kejadiannya itu. Sedangkan laki-laki diciptakan
dengan memiliki naluri ketertarikan kepada wanita yang dapat membuatnya merasa
tentram dan damai berada di sisinya.
Dalam sebuah hadits Nabi saw. bersabda:
حُبِبَ لِي مِن دُنيَاكُم النِسَاءُ وَالطَيبُ
وَجُعِلَتْ قَرَةُ عَينِي فِي الصَلَاةِ
|
Aku
dicintakan pada duniamu, yaitu wanita dan wewangian, dan dijadikan
penentramku di dalam shalat. (HR.
Ahmad, An-Nasa’i, Hakim dan Al-Baihaqi)
|
Setelah
jelas bisa dimengerti perbedaan antara cinta dan nafsu, selanjutnya perlu
diketahui alasan atau motivasi seseorang jatuh cinta, sehingga dari sana akan
bisa diketahui kualitas cinta seseorang. Apakah cinta yang tulus atau sebenarnya hanya
ketertarikan syahwat yang diatasnamakan cinta.
Dalam Ihya'
Ulumiddien, Imam
Alghazali mengklasifikasikan motivasi atau alasan
rasa cinta ke dalam empat kategori:
a.
Cinta
Karena Faktor Internal
Figur yang menarik, baik secara fisik, kepribadian,
perilaku, kecerdasan, atau lainnya, adalah unsur-unsur internal (dzati)
seseorang yang dinilai indah, disenangi, dan dicintai oleh karakter normal.
Unsur-unsur inilah yang pada galibnya menjadi alasan seseorang jatuh cinta.
Namun menurut Alghazali, rasa cinta kadang bukan termotivasi oleh faktor-faktor
figuristik internal tersebut, melainkan karena adanya unsur kecocokan atau
kesesuaian (munâsabah) abstrak diantara dua orang. Karenanya, tidak
jarang dijumpai dua orang yang saling mencintai dan mengasihi tanpa lagi peduli
pada faktor-faktor menarik secara figuristik internal. Kecocokan astrak ini
berada di luar jangkauan analisis manusia. Alghazali menyitir sebuah hadits
yang mengisyaratkan adanya ketertarikan karena unsur kecocokan abstrak ini.
الأَرْوَاحُ جُنُودٌ مُجَنَّدَةٌ فَمَا تَعَارَفَ
مِنهَا ائْتَلَفَ وَمَا تَنَاكَرَ مِنهَا اخْتَلَفَ
|
“Jiwa-jiwa
manusia adalah pasukan-pasukan yang dilepas. Apabila pasukan-pasukan itu
bertemu dan saling mengenal, maka akan terjadi kecenderungan (cinta), dan
apabila tidak saling mengenal, maka akan berpaling”.
(HR. Bukhari dan Muslim)
|
Termasuk
dalam kategori cinta ini adalah orang yang mencintai karena kecantikan atau
ketampanan paras. Cinta jenis ini bukan termasuk cinta karena Allah, melainkan
cinta karena dorongan naluri syahwat. Sebab, syahwat
memiliki ketertarikan alamiah pada hal-hal indah, dan menyenangkan (al-ladzah).
Karenanya, cinta jenis ini bisa dirasakan baik oleh orang beriman ataupun
tidak. Secara hukum, jenis cinta seperti ini tidak berdosa, sepanjang tidak
menjerumuskan pecinta pada hal-hal terlarang, seperti melampiaskan hasrat
birahi bukan pada tempatnya.
b.
Cinta
Karena Faktor Eksternal Duniawi
Yaitu mencintai seseorang demi mendapatkan tujuan
dan kepentingannya di balik cinta yang ia berikan. Dalam kategori ini, orang
yang dicintai hanya menjadi alat atau perantara untuk mencapai tujuan yang
sebenarnya, sedangkan yang sesungguhnya dicintai adalah apa yang menjadi tujuan
dan kepentingannya itu.
Seorang pria mencintai wanita karena kedudukan atau
kekayaannya, maka harta dan kedudukan wanita itulah sebenarnya
yang menjadi
kekasih pria, bukan wanitanya. Wanita dalam kualitas cinta
demikian, dicintai hanya sebagai sarana yang diperalat
untuk memperoleh kekasih dan cinta yang sesungguhnya, yakni harta dan kedudukan.
Jenis cinta demikian juga bukan cinta yang tulus, apalagi cinta karena
Allah. Dan secara hukum, akan sangat tergantung pada legal-tidaknya
tujuan-tujuan duniawi tersebut.
c.
Cinta
Karena Faktor Eksternal Ukhrawi
Yaitu mencintai bukan karena figur dan
faktor-faktor internal, atau karena faktor eksternal tapi tidak untuk
kepentingan yang bersifat duniawi, melainkan demi kepentingan ukhrawi. Cinta
demikian termasuk kategori cinta karena Allah. Seperti mencintai isteri shalihah
demi keterjagaan agamanya dan memperoleh keturunan shalih yang akan mendoakan,
dll. Kendati dalam cinta jenis ini terdapat faktor-faktor eksternal yang
bersifat duniawi, namun cinta demikian termasuk kategori cinta fiLlah, karena
yang dicintai bisa menjadi wasilah menuju cinta Allah.
Hanya saja, cinta
ini termasuk cinta kepada Allah
dengan syarat, apabila kepentingan-kepentingan
ukhrawi yang diperoleh berkurang, maka akan berkurang pula rasa cintanya, dan
akan bertambah apabila bertambah keuntungan ukhrawi yang didapatkan. Sederhananya,
cinta kepada Allah adalah setiap cinta yang andai saja bukan atas dasar
keimanan kepada Allah, niscaya cinta itu tidak pernah dirasakan.
d.
Cinta
LiLlah dan FiLlah
Ini adalah cinta tingkat tinggi. Mencintai karena
cinta Allah. Artinya, mencintai apapun bukan karena apapun kecuali karena cinta
Allah. Logikanya, cinta yang besar pada kekasih, akan menjalar pada segala hal
yang berkaitan dengan kekasih. Ia akan mencintai orang-orang yang dicintai
kekasih: idolanya, temannya, saudaranya, pembantunya, bahkan kekasihnya
kekasih. Ia akan mencintai apa saja yang disukai kekasih: hobinya, seleranya,
rumahnya, pakaiannya, bahkan kekurangan-kekurangan atau sesuatu yang
menyakitkan dari kekasih pun akan dicintai. Seperti kata pepatah, “gara-gara
bunga mawar, durinya pun ikut disiram”.
Puncak dari rasa cinta ini akan sampai pada seperti
keadaan para perindu Allah yang tak dapat lagi membedakan antara kenikmatan dan
petaka yang menimpanya, sebab segalanya datang dari Allah, Sang Kekasih
Tercinta. Harapan dan ratapan akan sama-sama terasa manis baginya.
Ia akan mencintai apa saja yang dicintai dan disenangi kekasih, seperti ia juga
akan membenci apa saja yang dibenci sang kekasih.
Seorang laki-laki yang jatuh cinta pada wanita,
termasuk cinta fiLlah dan liLlah apabila semata-mata atas dasar,
oleh karena Allah mencintai wanita itu.
Selebihnya, hanya “cinta”
dalam tanda kutip yang besar.
Dari sini bisa dimengerti
bahwa, cinta itu berbeda dengan ketertarikan seksual, ataupun syahwat memiliki.
Cinta adalah perasaan yang hanya akan memberikan kebaikan dan pemuliaan kepada pecinta
dan orang yang dicintai. Cinta itu membangun, bukan merusak atau menghancurkan.
Cinta tidak akan pernah mengizinkan pada sesuatu yang tidak baik. Segala hal
yang tidak baik, pasti bukan cinta. Cinta tak bisa dipaksakan menjadi alasan
pembenaran segala tindakan yang tidak baik.
Karena itu, jangan pernah
percaya pada orang yang berdalih atau mengatasnamakan cinta saat ingin dituruti
syahwat seksualnya. Orang demikian bukan sedang “mencintaimu”, melainkan hanya
ingin mengajakmu “bercinta”. Dan yang perlu diperhatikan lagi adalah, –umumnya–
pria bersedia “mencintai”, lebih karena ingin bisa “bercinta”, sedangkan wanita
bersedia diajak “bercinta”, lebih karena ingin dicintai. Keduanya sangat
berbahaya bagi yang belum benar-benar siap secara mental dan finansial untuk
berlenggang menjemput cinta di indahnya pelaminan. Hati-hati!.
III.
NIKAH DAN IBADAH
Nikah, merupakan ibadah yang
menduduki posisi sangat penting dalam keagamaan seorang Muslim. Nikah dalam
Islam menempati separuh agama. Artinya, seorang Muslim yang telah menikah,
seolah telah menjalankan separuh dari agamanya. Sebab, kehadiran agama Islam
pada prinsipnya untuk menjaga potensi keburukan manusia. Potensi keburukan ini bersumber
dari dua muara nafsu. Yakni nafsu perut dan nafsu kelamin. Ketika seseorang
telah menikah, maka nafsu kelamin telah memiliki tempat penyaluran halal yang
akan menjaganya, sehingga tugas seseorang tinggal menjaga salah satu nafsunya,
yaitu nafsu perut. Rasulullah saw. bersabda:
إِذَا تَزَوَّجَ الْعَبْدُ فَقَدِ
اسْتَكْمَلَ نِصْفَ الدِّينِ فَلْيَتَّقِ الله فِي النِّصْفِ الْبَاقِي. (رواه
البيهقي)
|
Ketika seorang telah menikah, maka ia
benar-benar telah menyempurnakan separuh agama, maka hendaknya ia takut
kepada Allah pada separuh yang lain.
|
Dalam Islam, hanya ada dua jalan bagi kehalalan penyaluran hasrat
seksual. Yaitu nikah atau kepemilikan budak. Pemenuhan hasrat biologis selain melalui
dua jalan ini, termasuk perbuatan zina yang diharamkan Allah. Namun nikah dalam Islam bukan
hanya sekedar prosesi seremonial untuk keabsahan melampiaskan hasrat seksual belaka. Nikah dalam
Islam merupakan prosesi sakral
bernilai ibadah yang diikrarkan dengan kalimat Allah.
Rasulullah saw. bersabda:
اتَّقُوا اللهَ فِي النِّسَاءِ فَإِنَّكُمْ
أَخَذْتُمُوهُنَّ بِأَمَانَةِ اللهِ وَاسْتَحْلَلْتُمْ فُرُوجَهُنَّ بِكَلِمَةِ اللهِ.
(رواه مسلم)
|
Takutlah kalian kepada Allah dalam urusan wanita. Sesungguhnya kalian
mengambil mereka dengan amanah Allah, dan kalian menghalalkan farji mereka
dengan kalimat Allah.
|
Bahkan nikah merupakan
perjumpaan dua kategori beda kelamin dalam satu bahtera tanggung jawab, amanah,
hak, dan kewajiban, untuk bersama mengarungi mahligai cinta, demi melahirkan
generasi-generasi shalih pewaris para Nabi yang akan melanjutkan tugas estafet
kekhalifahan di muka bumi.
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ
خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ
بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ
يَتَفَكَّرُونَ
|
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung
dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan
sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
bagi kaum yang berfikir. (QS. Ar-Rum : 21)
|
تَزَوَّجُوا الْوَلُودَ الْوَدُودَ فَإِنِّي مُكَاثِرٌ بِكُمْ الْأُمَمَ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ
|
Nikahilah perempuan-perempuan yang subur, yang
memiliki kasih sayang besar, karena sesungguhnya dengan perantara kalian aku
memperbanyak umat di hari kiamat. (HR. Abu Dawud dan Hakim)
|
Karena sedemikian urgennya nikah dalam Islam, Rasulullah saw. mewanti-wanti
umatnya agar jangan sampai salah dalam memilih pasangan. Nabi
sangat menekankan umatnya untuk selektif dalam memilih jodoh, dan memprioritaskan
pribadi
yang memiliki keagamaan kuat. Karena
pribadi seperti
inilah yang akan senantiasa menolong dalam melangkah lurus menuju
ridla Allah swt.
تَخَيَّرُوا لِنُطَفِكُمْ وَلَا تَضَعُوهَا فِي غَيْرِ
الْأَكْفَاءِ. (رواه الحاكم)
|
Pilihlah
untuk sperma kalian, janganlah kalian meletakkannya di selain tempat terbaik.
|
تُنْكَحُ المَرْأَةُ ِلأَرْبَعٍ
لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَلِجَمَالِهَا وَلِدِيْنِهَا فَاظْفَرْ
بِذَاتِ الدِّيْنِ تَرِبَتْ يَدَاكَ. (رواه مسلم)
|
"Wanita
dinikahi karena empat faktor: materinya, keturunannya, kecantikannya dan
keagamaannya. Dapatkanlah wanita yang memiliki keagamaan kuat, kau akan rugi
jika tidak mendapatkannya". (HR. Imâm
Muslim).
|
Dalam
sebuah sabda, Nabi pernah melukiskan kriteria wanita shalihah.
Yaitu wanita yang ketika dipandang suami sanggup mendamaikan mata dan
menentramkan hati,
yang senantiasa taat ketika diperintah, dan bisa menjaga
kehormatan ketika ditinggal pergi suami.
الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ إِذَا نَظَرَ إِلَيْهَا
سَرَّتْهُ وَإِذَا أَمَرَهَا أَطَاعَتْهُ وَإِذَا غَابَ عَنْهَا حَفِظَتْهُ
|
"Wanita salehah adalah
ketika dilihat suami maka akan membahagiakannya, ketika diperintah suami maka
akan mematuhinya, dan ketika ditinggal suami maka ia akan menjaga kehormatan
suami." (HR. Ibn 'Abbâs)
|
Mendapatkan pasangan hidup yang ideal (shalih/shalihah), tentu pilihan setiap orang. Sebab pasangan yang ideal akan sangat menjanjikan
keharmonisan lahir batin dalam mengarungi
mahligai rumah tangga. Tidak ada kekecewaan yang
lebih memilukan selain mendapati
seorang yang kita salah memilihnya sebagai pasangan hidup. Karena itulah Islam
mensyariatkan khithbah (lamaran) sebelum pernikahan. Khithbah
disyariatkan sebagai tahap penjajakan dan ta’aruf, yakni tahap saling mengenali satu sama lain, sebagai antisipasi kekecewaan di
kemudian hari.
Karena tujuan khithbah hanya sebagai tahap penjajakan dan
pengenalan, kedekatan hubungan yang dilegalkan dalam
konsep ini juga terbatas. Yaitu hanya dengan cara
memandang wajah dan telapak tangan, bukan dengan cara-cara pacaran seperti trend
sekarang. Legalitas lamaran hanya dengan cara memandang wajah dan telapak
tangan ini, karena rahasia-rahasia fisik dan kepribadian
seseorang sudah bisa dimonitor melalui aura wajah dan telapak tangan.
Disamping boleh
memandang wajah dan telapak tangan,
dalam proses
khithbah juga diperbolehkan
duduk atau berbincang-bincang bersama sepanjang tidak sampai bernuansa khalwah (berduaan), seperti misalnya mengajak pihak ketiga yang bisa menghindarkan
fitnah, dan
juga tidak ikhtilâth (berdempetan), atau saling sentuh. Sebab, makhthûbah (wanita yang telah dilamar)
bagaimanapun masih berstatus ajnabiyyah (wanita lain) yang sedikitpun
belum berlaku hukum zaujiyyah (suami-isteri). Laki-laki dan wanita yang bukan mahram atau bukan suami-isteri, haram
hukumnya berduaan atau berdempetan. Rasulullah saw. bersabda:
إِيَّاكُمْ وَالْخَلْوَةَ بِالنِّسَاءِ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ مَا خَلا
رَجُلٌ وَامْرَأَةٌ إِلا دَخَلَ الشَّيْطَانُ بَيْنَهُمَا، وَلَيَزْحَمُ رَجُلٌ
خِنْزِيرًا مُتَلَطِّخًا بِطِينٍ أَوْ حَمْأَةٍ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَزْحَمَ
مَنْكِبُهُ مَنْكِبَ امْرَأَةٍ لَا تَحِلُّ لَهُ. (رواه
الطبراني)
|
Takutlah kalian berduaan di
tempat sepi dengan wanita (bukan mahram). Demi Dzat yang aku dalam
genggaman-Nya, tidaklah seorang laki-laki dan perempuan (bukan mahram) yang
berduaan di tempat sepi kecuali syaitan masuk di antara keduanya, seorang
laki-laki yang bergumul dengan babi hutan yang berlumuran lumpur hitam, itu
jauh lebih baik dari pada pundaknya berdempetan (ikhtilath) dengan pundak
perempuan yang tidak halal baginya”. (HR. Ath-Thabrani)
|
Jadi, konsep Islam dalam mengatur hubungan sepasang remaja yang
sedang jatuh cinta, bukan dengan hubungan tanpa batas, melainkan hubungan yang
dibingkai dengan nilai-nilai kesalehan pakerti. Kemesraan dan romantisme yang tidak
mencerminkan kepribadian shalih/shalihah antar lawan jenis, sangat dikecam
dalam Islam, sebelum keduanya mengikrarkan ijab dan qabul dalam pernikahan yang
sah.
Karena itu, sebelum
menikah, muda-mudi Islam tidak seharusnya menjalin romantisme dengan lawan
jenis, supaya harga diri dan keshalihan agamanya terjaga. Hanya pemuda bodoh
yang merasa malu ketika tidak memiliki pasangan sebagai tempat bermesraan yang
tidak halal. Tak perlu khawatir dengan jodoh. Kendati jodoh perlu dicari, namun
percayalah, jodoh
sudah diatur oleh Allah. Karena itu, tugas kita bukan untuk menghabiskan waktu,
pikiran, dan energi untuk memburunya. Orang yang hanya sibuk memburu cinta,
akan lupa untuk memantaskan diri dicintai oleh sebaik-baiknya kekasih. Tugas
kita bukan mengatur siapa jodoh kita, melainkan mengatur dan memantaskan diri
menjadi sebaik-baiknya pribadi yang dicintai oleh sebaik-baiknya kekasih.
Indahkanlah hati dan
pikiranmu, anggunkanlah wajah dan perilakumu, dan bergaullah dalam lingkungan
yang baik. Kekasih yang baik, anggun, dan indah, hanya pantas bagi pribadi yang
baik, anggun, dan indah. Allah swt. berfirman:
الْخَبِيثَاتُ لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ
وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ (النور: 26)
|
Wanita-wanita yang keji adalah
untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita
yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang
baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik
(pula).
|
________________________
Disampaikan
Oleh:
Daimullah Goeztav, dalam seminar Remaja, Cinta, dan Nikah, di
Pesantren Ramadhan, Pohsarang, Kediri, 07 Agustus 2012
Aku melihat banyak dari kalian yang memiliki potensi besar. Aku juga melihat kalian tidak banyak memiliki rintangan dan hambatan berarti. Tapi aku lihat, kalian terkesan masih malu-malu dan setengah hati meledakkannya.
BalasHapusLihatlah, betapa orang-orang besar di banyak zaman, mereka dihadapkan pada banyak keterbatasan yang merintangi kesuksesannya. Namun seperti kalian lihat, itu tak mengerdilkan ledakan besar prestasinya.
Lalu lihatlah diri kalian yang cukup mapan dari segala aspek, seharusnya memberi kesadaran bahwa, tidak ada alasan bagi kalian untuk tidak meledak menjadi lebih besar dari mereka.
Dengan potensi dan dukungan kemapanan, janganlah kalian membuat standar keberhasilan sederhana yang justru akan mengkerdilkan besar potensimu. Jangan biarkan potensi besarmu mengecil terbonsai oleh batasan-batasan yang sebenarnya kalian ciptakan sendiri.
Tuhan itu Maha Besar. Maka mintalah kepadaNya yang besar. Segeralah menemukan cita-cita dan harapan masa depan sebaik dan sehebat mungkin. Lalu selekasnya memantaskan diri bagi sebesar-besarnya keberhasilan.
Kalian yang remaja, tak perlu berpikir kehilangan masa remaja hanya karena tidak mengenal cinta di usia dini. Masa depan kalian jauh lebih mahal dibanding romantisme remaja. Cinta yang hadir terlalu dini, adalah romantisme murahan yang akan menjadi masalah besar bagi besarnya cita-cita kalian.
Romantisme cinta yang terlanjur larut dalam perasaan, akan meracuni dan melumpuhkan logika pencapaian kesuksesan masa depan. Dan, kalian tak akan berdaya membebaskan diri untuk bangkit menantang masa depan, tanpa memiliki cita-cita dan harapan yang lebih besar dan lebih indah dari romantisme cinta kalian. Kalian akan tumbuh menjadi hebat bukan dengan cinta, tapi dengan cita-cita.
Biarkan potensi besar kalian meledak cemerlang seperti yang seharusnya, tanpa terkerdilkan dan terbonsai oleh batasan-batasan yang kalian buat sendiri.